INFORMASI DAN BERITA
Pertama di Indonesia SMK-SMTI Yogyakarta Buka Kelas Teknologi Industri Baja
13 November 23
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) - Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Yogyakarta akan membuka jurusan atau kelas baru yakni Teknologi Industri Baja untuk tahun ajaran 2024/2025.
Pembukaan kelas Teknologi Industri Baja di Tahun Pelajaran Baru yang akan datang merupakan permintaan dari industri baja akan ketersediaan tenaga kerja di bidang tersebut untuk level SMK, yang belum ada di Indonesia.
Pihaknya bekerjasama dengan PT Krakatau Posco salah satu perusahaan yang mengembangkan baja.
"Kelas ini ada di konsentrasi keahlian Teknik Kimia Industri dengan spesialisasi baja dan disebut kelas teknologi industri baja," kata Kepala SMK-SMTI Yogyakarta Raden Rara Ening Kaekasiwi, Jumat (10/11/2023).
Dijelaskan Ening, lama pendidikan siswa jurusan ini selama 3 tahun dengan program 2 tahun belajar teori dan praktek di sekolah dan 1 tahun praktek di Industri.
"Diawal Kerjasama ini dibuka 1 kelas dengan jumlah siswa 20 orang. Kurikulum disusun bersama antara sekolah dan PT. Krakatau Posco dengan tetap mengakomodir kurikulum nasional," ujarnya.
Sementara tenaga pendidiknya disediakan dari sekolah dan industri.
Keterlibatan industri dimulai sejak dari penerimaan siswa baru hingga penempatan kerja lulusan.
Disinggung prospek kerja bagi lulusan Teknologi Industri Baja, Ening menjelaskan mengacu pada konsumsi industri baja nasional dan ekspor industri besi dan baja yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka selama itu pula dibutuhkan tenaga kerja dibidang baja.
"Dan ilmu khusus teknologi industri baja tingkat SMK, baru ada di SMK SMTI Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah produsen baja terbesar di ASEAN," tegasnya.
Dengan kebutuhan konsumsi baja nasional yang besar ditambah industri baja di Indonesia yang jumlahnya puluhan, maka peluang kerja bagi lulusan kelas khusus baja ini masih sangat besar apalagi hanya 20 orang lulusan per tahun.
Dia menambahkan SMK-SMTI Yogyakarta kurikulumnya dirancang untuk bekerja (71 persen Praktek, 29 persen teori).
Pilihan untuk melanjutkan setelah lulus bukan merupakan tujuan sekolah SMK akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa lulusan SMK dapat melanjutkan kuliah.
Jurusan yang dipilih jika akan melanjutkan studi tentu saja sesuai konsentrasi keahlian sewaktu di SMK sehingga tidak begitu sulit mengejar ketertinggalan dengan lulusan SMA.
"Dan ilmu khusus teknologi industri baja tingkat SMK, baru ada di SMK SMTI Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah produsen baja terbesar di ASEAN," tegasnya.
Dengan kebutuhan konsumsi baja nasional yang besar ditambah industri baja di Indonesia yang jumlahnya puluhan, maka peluang kerja bagi lulusan kelas khusus baja ini masih sangat besar apalagi hanya 20 org lulusan per tahun.
Dia menambahkan SMK-SMTI Yogyakarta kurikulumnya dirancang untuk bekerja (71 persen Praktek, 29 persen teori).
Pilihan untuk melanjutkan setelah lulus bukan merupakan tujuan sekolah SMK akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa lulusan SMK dapat melanjutkan kuliah.
Jurusan yang dipilih jika akan melanjutkan studi tentu saja sesuai konsentrasi keahlian sewaktu di SMK sehingga tidak begitu sulit mengejar ketertinggalan dengan lulusan SMA.
Harapan ke depan kelas yang akan dibuka tahun pelajaran baru nanti mendapat respon positif dari masyarakat.
"Sehingga pendaftarnya banyak, input kita baik. Proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan lulusannya sesuai ekspektasi dari industri baja," ujarnya.
Kemudian harapan jangka panjang, turut disampaikan Ening akan ada lagi industri yang bisa bekerjasama dengan sekolah untuk membuka kelas khusus sesuai kebutuhan spesialisasi mereka.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Pertama di Indonesia SMK-SMTI Yogyakarta Buka Kelas Teknologi Industri Baja, Ini Peluang Kerjanya, https://jogja.tribunnews.com/2023/11/10/pertama-di-indonesia-smk-smti-yogyakarta-buka-kelas-teknologi-industri-baja-ini-peluang-kerjanya?page=2.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Baca Selanjutnya
Info Pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten
07 July 22
Demi mewujudkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menyeluruh, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuka Politeknik Industri Petrokimia di Kabupaten Serang, Banten. Mengenai tata cara serta jadwal lengkap pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten, Anda bisa menyimaknya di artikel berikut ini.
Jadwal Pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten
Mengenai jadwal, pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten sudah dibuka pada 1 Juli 2022 dan akan ditutup pada 31 Juli 2022. Di waktu yang sama, calon peserta ujian seleksi pendaftaran mesti mengisi dan memverifikasi data pribadi.
Setelah melalui proses pendaftaran dan verifikasi data, peserta pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten akan menjalani ujian Computer Assisted Test (CAT) pada 3 Agustus 2022. Hasil dari ujian CAT itu akan diumumkan pada 7 Agustus 2022.
Peserta yang dinyatakan lulus ujian CAT wajib mengikuti seleksi terakhir, yaitu tes wawancara yang akan berlangsung pada 13-14 Agustus 2022. Pengumuman kelulusan dari proses pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten sendiri akan diadakan pada 18 Agustus 2022.
Untuk tata cara daftar Politeknik Industri Petrokimia Banten, ada tujuh hal yang harus dilakukan oleh peserta seleksi, yaitu:
1. Kunjungi situs jarvis.kemenperin.go.id/politeknikpetrokimia-banten
2. Buat akun
3. Masuk ke akun dan lengkapi formulir pengisian data yang tersedia, seperti identitas diri, identitas orang tua, identitas sekolah, serta pemilihan jurusan
4. Upload dokumen seperti foto dan persyaratan program studi (jika ada)
5. Validasi pendaftaran
6. Unduh kartu peserta yang telah divalidasi. Kartu peserta digunakan untuk mengikuti ujian sesuai tanggal yang tertera pada kartu.
Menyoal Politeknik Industri Petrokimia Banten sendiri, ada tiga program studi yang tersedia di institusi tersebut, yakni Teknologi Mesin Industri Petrokimia, Instrumentasi Industri Petrokimia, dan Teknologi Proses Industri Petrokimia.
Satu hal yang membuat Politeknik Industri Petrokimia Banten layak menjadi pilihan adalah keterlibatan industri petrokimia secara intensif dalam proses akademisnya, mulai dari penyusunan kurikulum, perekrutan mahasiswa, praktik kerja industri, hingga penempatan kerja.
Selain kerja sama tersebut, Politeknik Industri Petrokimia Banten juga menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap. Mulai dari laboratorium papan atas, workshop, serta teaching factory dengan mesin dan peralatan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Tentu saja, keberadaan Politeknik Industri Petrokimia Banten tak lepas dari misi Kemenperin untuk memajukan kualitas SDM di Indonesia dan ini menjadi kesempatan bagi banyak generasi muda untuk berkembang. Oleh karena itu, manfaatkan kesempatan ini dan lakukan pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten segera.
Baca Selanjutnya
FMIPA UI dan BPSDMI Gelar Pelatihan Upskilling Analis Kimia
01 March 22
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) membuka kegiatan Pelatihan Upskilling Analis Kimia jenjang kualifikasi KKNI Level 5.
FMIPA UI dan BPSDMI hadir menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi Kimia Industri (LSP KI) dan Lembaga Sains Terapan (LST) FMIPA UI. Dekan FMIPA UI, Dede Djuhana menyambut baik kerja sama yang dilakukan dengan BPSDMI dan LSP Kimia Industri.
"Karena sejalan dengan program FMIPA UI dalam mempersiapkan lulusan yang siap pakai di industri dengan memberikan fasilitas dan menyediakan tenaga ahli yang dapat berperan sebagai instruktur," kata Dede dalam keterangannya, Selasa, 15 Februari 2022.
Selain itu, amanat pemerintah untuk menerapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) di perguruan tinggi menjadi program kampus saat ini. Tujuannya agar lulusan memiliki sertifikat kompetensi.
"Dengan kurikulum berbasis kompetensi kami, di FMIPA UI mempersiapkan calon lulusan yang sesuai kebutuhan pengguna," terang Dede.
BPSDMI yang diwakili Analis Kerja sama Diklat, Rosita Ayuni menjelaskan, bahwa pelatihan upskilling ditujukan bagi para tenaga kerja industri untuk meningkatkan keahlian teknis pada tingkat keahlian yang lebih tinggi. "Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan bekal tenaga kerja untuk memperoleh kompetensi pada jenjang karier yang lebih tinggi dari posisi mereka saat ini di industri," ujar Rosita.
Di samping itu, Ketua Dewan Pengarah LSP Kimia Industri, Mas Ayu Elita Hafizah menambahkan, bahwa tujuan sertifikasi kompetensi profesi ini adalah untuk memastikan kompetensi seseorang. Terutama yang telah didapatkan melalui pembelajaran, pelatihan atau pengalaman kerja di mana kebijakan penerapan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada semua sektor menjadi amanat UU No.13 tahun 2003.
Juga ditambahkan dengan keterlibatan asosiasi, dalam hal ini adalah Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) telah membangun rantai hubungan semua stakeholder antara pengguna, regulator, akademisi tercapai dengan baik.
Pada kesempatan yang sama, Ketua LST, Jatna Supriatna memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siapa saja yang ingin melakukan pengembagan diri. "Karena kami memiliki tenaga ahli dengan kompetensi yang bervariasi sehingga memenuhi kebutuhan pasar terutama di era Revolusi Industri 4.0," tutupnya.
Baca Selanjutnya
Kebijakan Corporate University BPSDMI Kementerian Perindustrian
30 December 21
oleh : Bintang Nugroho, Analis Anggaran Muda pada Sekretariat BPSDMI
Re-Inventing: Daya Saing Global
Daya saing telah digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat kemajuan suatu entitas tertentu termasuk negara, terutama untuk mengukur tingkat kesiapan inovasi, terlebih setelah komunitas bangsa-bangsa semakin terbuka dalam persaingan global yang ketat dan tajam. Demikian pula, globalisasi telah menjadi keniscayaan bagi suatu negara karena batas-batas bangsa semakin terbuka, akan menggilas negara yang tidak siap menghadapi fenomena ini. Tidak gampang, menghimpun, memilih, dan menimbang kekuatan suatu negara untuk dipentaskan di panggung dunia sebagai branding pembangunan berbasis IPTEK. Banyak bangsa yang gagal dalam meningkatkan daya saing bukan saja disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam menguasai teknologi, namun juga karena faktor lingkungan strategis yang melingkupinya, seperti korupsi, birokrasi yang tidak efisien, masalah infrastruktur, akses permodalan, kebijakan yang tidak kondusif serta etika kerja yang rendah. Daya saing yang lemah menyebabkan pertumbuhan ekonomi sangat rentan terhadap pengaruh dinamika lingkungan dan karenanya mudah tertimpa krisis ekonomi yang berkelanjutan.
Perekonomian suatu negara akan bangkit menjadi perekonomian yang kuat, tangguh dan terhormat jika indeks daya saing berada pada tingkat yang tinggi, seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Perlu dicatat bahwa membangun perekonomian yang berdaya saing tidak semudah membalik tangan, melainkan harus ditunjang dengan basis industri yang mantap dan tangguh, mengandalkan teknologi tinggi sehingga mampu menciptakan nilai tambah yang memadai. Sebaliknya dengan fondasi yang rapuh, ekonomi suatu negara akan mudah masuk kedalam “Valley of Death” dan akan menghentikan sejarah pencapaian pertumbuhan untuk selamanya. Setidaknya ada 4 (empat) faktor utama daya saing yang telah diteliti oleh Michael Porter pada tahun 1990, yaitu: (1) strategi, struktur dan tingkat persaingan usaha, untuk menggerakkan sub sistem dalam perusahaan melalui engorganisasian, pengembangan usaha, dan tata kelola yang baik; (2) faktor kondisi, bagaimana ketersediaan sumber daya di suatu negara, yakni sumber daya manusia, bahan baku, pengetahuan, modal, dan infrastruktur; (3) permintaan dalam negeri antara lain terhadap produk barang dan jasa industri, khususnya hasil industri yang berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif sektor industri. Dalam hal ini pelanggan dalam negeri akan menentukan jenis produk yang dibutuhkan sehingga improvement secara kontinu selalu diperlukan; serta (4) industri pendukung untuk memasok bahan baku atau suku cadang sehingga mampu bersaing di tingkat global.
Korelasi antara industri utama dengan industri pendukung sangat erat, karena kualitas produk industri utama sangat ditentukan oleh kualitas industri pendukung. Porter menegaskan, Inter-dependensi terhadap ketiga faktor tersebut sangatlah tinggi, lemahnya satu faktor akan memengaruhi yang lain dan akibatnya akan terjadi gagal tumbuh daya saing dalam suatu negara secara tak berkesudahan. Kekuatan sebuah negara yang tergantung dari produktivitas, ekonomi dan kekhasan, menjadi pilar kokoh bagi sebuah negara di era global. Asean Competitiveness Institute (ACI) Lee Kuan Yew School of Public Policy NUS Singapore, merilis Competitiveness Analysis of ASEAN-10 Countries and Indonesian Provinces pada tahun 2016, yang bertujuan memberikan informasi dalam kemudahan melakukan usaha di 34 (tiga puluh empat) provinsi di Indonesia, melihat tantangan regional dan solusinya untuk kemajuan Indonesia. Dalam mengukur daya saing regional Indonesia, ACI menggunakan 4 (empat) variabel penting, 12 (dua belas) sub variabel dan 103 (seratus tiga) indikator. Keempat variabel itu adalah: (1) Kestabilan Makroekonomi (Macroeconomy Stability), (2) Pemerintah dan Pengaturan Kelembagaan (Government and Institutional Setting), (3) Kondisi Tenaga Kerja, Keuangan dan Usaha (Financial, Business and Manpower Conditions), dan (4) Pengembangan Infrastruktur dan Kualitas Hidup (Quality of Life and Infrastructure Development).
Total Factor Productivity sebagai Kunci Daya Saing
Produktivitas adalah perbandingan antara hasil produksi (output) dengan sumber daya produksi (input) (Rasmussen, 2013). Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar dari pada sumber kerja yang digunakan (Hadari & Hadawi, 1990). Faktor-faktor penentu untuk mencapai produktivitas yaitu investasi, teknologi, manajemen, serta keterampilan dari tenaga kerja (Sinungan, 2003). Produktivitas diukur dengan Produktivitas Kerja atau Work Productivity (WP) dan/atau Total Factor Productivity (TFP). TFP merupakan rasio antara output total terhadap input total (Coelli et al., 2005). Produktivitas sendiri merupakan penentu daya saing individu, industri, dan negara. Jika dibandingkan dengan sektor lain, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PDB Indonesia. Hal ini berarti bahwa industri pengolahan menjadi leading sector bagi sektor-sektor yang lain dan merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia (Kurniawaty, 2016).
Produktivitas pada industri ditentukan oleh proses produksi, di mana fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa input kapital dan tenaga kerja adalah input yang paling penting dalam proses produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa output tergantung dari penggunaan input dan tingkat teknologi. Dengan demikian input yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu input faktor produksi, kapital dan tenaga kerja, sedangkan input yang lain adalah teknologi, teknik produksi yang efisien yang dapat dilihat melalui tingkat produktivitas. Semakin banyak input faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi maka output sektor industri tersebut juga akan semakin banyak. Atau output sektor industri akan dapat bertambah banyak dengan input faktor produksi yang tetap tetapi dengan penggunaan input yang lebih produktif bisa dilakukan dengan adanya manajemen produksi yang lebih baik atau adanya teknik produksi yang lebih efisien. Sehingga kenaikan output sektor industri bisa disebabkan oleh penggunaan input yang lebih banyak (input driven) atau dengan adanya peningkatan produktivitas (productivity driven) (Dornbusch et al., 2001).
Pertumbuhan produktivitas dibagi menjadi technical change atau pergerakan dalam batas teknologi bagi subsektor tertentu, dan catching-up yang menggambarkan peningkatan dalam produktivitas yang akan membawa suatu negara mendekati seimbang antara bangsa (global frontier) (Färe et al., 1998). Daya saing level negara diukur dengan Global Competitiveness Index (CGI) yang merupakan indeks untuk mengukur progres perkembangan faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas suatu negara. CGI mengukur seberapa efisien penggunaan faktor produksi untuk memaksimalkan produktivitas atau TFP dan mencapai pertumbuhan ekonomi.
CGI sejak tahun 2018 sudah disesuaikan dengan Revolusi Industri 4.0, dan disebut CGI 4.0. Faktor-faktor yang menentukan CGI antara lain lingkungan yang mendukung/kondusif (enabling environment), modal manusia (human capital), aspek pasar (markets), dan ekosistem inovasi (innovation ecosystem) (Anonim, 2019). The Asian Productivity Organization (APO), melaporkan pertumbuhan TFP Indonesia tahun 1970–1990, 1990-2010, dan 2010-2017 masing-masing sebesar 0,3; -1,1; dan -1,5, terendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN (APO, 2019). Peringkat CGI Indonesia dalam laporan World Economic Forum (WEF) turun dari peringkat 45 dari 140 negara pada tahun 2018 menjadi peringkat 50 dari 141 negara pada tahun 2019
Sumber Daya Manusia sebagai Kunci Daya Saing
Peningkatan produktivitas melalui kebijakan penguatan kualitas sumber daya manusia perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing. Perbaikan kualitas sumber daya manusia dapat berkontribusi dengan meningkatkan ketersediaan tenaga kerja berkeahlian tinggi (skilled labor). Rifin (2017) menjelaskan bahwa industri perlu untuk meningkatkan skill pekerja agar dapat berkontribusi lebih besar terhadap output yang dihasilkan. Kendati memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Karena kualitas rendah, maka produktivitas tenaga kerja Indonesia juga rendah. Peningkatan daya saing bangsa dilakukan dengan membangun SDM Indonesia, sehingga membangun kompetensi dan keterampilannya penting untuk dilakukan. Kalangan industri seringkali mengeluhkan kualitas SDM yang dihasilkan oleh dunia pendidikan di Indonesia. Masih ada gapantara kompetensi yang dihasilkan oleh dunia pendidikan dengan standar kompetensi industri. Kondisi ini menyebabkan bebarapa industri mempunyai Lembaga Pendidikan sendiri salah satunya adalah Astra group yang memiliki Politeknik Astra sebagai pusat pelatihan dan pengembangan karyawan.
Pemerintah saat ini telah melakukan pengembangan pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas tenaga pengajar melalui program yang dilaksanakan secara inklusif di seluruh wilayah Indonesia, mencakup daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T). Selain itu, Pemerintah perlu berkolaborasi dengan industri/swasta memberikan program pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahaan, antara lain melalui implementasi Program Kartu Prakerja. Program Kartu Prakerja tersebut diprakirakan terus berlanjut dalam jangka menengah untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kerja berkeahlian dan mendorong perbaikan produktivitas. Pengembangan industri yang berkualitas memerlukan SDM yang andal dengan kompetensi di bidang industri serta penguasaan teknologi. Peta jalan Making Indonesia 4.0 menjadi arah dan strategi yang jelas dalam upaya mengembangkan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global di era digital. Aspirasi besarnya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 (sepuluh) negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Guna mencapai sasaran tersebut, salah satu program prioritas di dalam Making Indonesia 4.0, yakni meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar semakin kompeten, khususnya di sektor industri. SDM Industri kompeten menjadi salah satu kunci utama dalam mendongkrak kemampuan industri, selain melalui investasi dan teknologi. SDM industri berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, tenaga kerja di sektor manufaktur menyumbang cukup besar dari total pekerja di Indonesia. SDMindustri perlu didorong untuk memanfaatkan teknologi terkini agar dapat memacu produktivitas dan inovasi. Adapun lima teknologi digital sebagai fundamental dalam kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0, di antaranya artificial intelligence, internet of things, wearables (augmented reality dan virtual reality), advanced robotics, serta 3D printing. Melalui program Making Indonesia 4.0 dapat menghasilkan SDM industri yang kompeten dengan teknologi digital sehingga kegiatan produksi semakin efisien, produktif, dan inovatif. Ini tentunya akan mendongkrak daya saing manufaktur di pasar domestik hingga global (Anonim, 2019).
Teknologi sebagai Kunci Daya Saing
Industrialisasi merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Negara-negara di Eropa mentransformasi diri menjadi negara-negara maju melalui revolusi industri pada abad ke-18. Penemuan teknologi mesin uap saat itu mendorong peningkatan drastis produktivitas di sektor industri manufaktur. Tidak hanya itu, penggunaan teknologi tersebut kemudian berkembang pada sektor transportasi sehingga mendisrupsi aktivitas perdagangan. Industrialisasi juga menjadi faktor kunci bagi Amerika Serikat, Tiongkok, dan Korea Selatan untuk tampil dalam kancah global sebagai kekuatan ekonomi dunia. Inovasi merupakan penentu pertumbuhan produktivitas (Brynjolfsson & McAfee, 2014). Pertumbuhan produktivitas bukan hanya tentang bagaimana menurunkan biaya, tetapi juga memproduksi produk lebih banyak tanpa menurunkan kualitas. Hal tersebut dapat dimungkinkan dengan adanya penerapan teknologi dan inovasi. Teori Produksi Cobb-Douglas merupakan model yang menggambarkan pengaruh teknologi terhadap produktivitas perusahaan industri manufaktur (de la Fuente-Mella et al., 2019), yang menyatakan bahwa peningkatan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dari jumlah sebelumnya dengan menggunakan input dalam jumlah yang sama. Pertumbuhan produktivitas tenaga dipengaruhi oleh peningkatan teknologi sehingga memungkinkan tenaga kerja untuk menggunakan faktor produksi lainnya dengan efektif (Pindyck & Rubinfeld, 2013).
Indonesia merupakan negara dengan potensi SDA dan SDM yang melimpah. Industri yang berbasis SDA memiliki keunggulan komparatif pada produk primer, sedangkan industri berbasis SDM memiliki keunggulan dalam produk padat teknologi. Keunggulan komparatif dicapai melalui melalui penguasaan teknologi untuk mengelola sumber daya. Negara yang menguasai teknologi, dalam persaingan global akan lebih diuntungkan daripada negara yang hanya menguasai sumber daya alam. Kebaruan teknologi mampu mendorong industri beroperasi secara efisien dan meningkatkan produktivitas. penggunaan teknologi terbarukan di Indonesia dapat dikatakan masih sangat kecil (Fazri et al., 2018), sehingga sudah saatnya adanya transfer teknologi untuk kemajuan industri di Indonesia. Pemilihan teknologi tidak hanya berfokus pada capaian volume (kuantitas), tetapi juga menghasilkan output dengan kualitas sesuai standardisasi pasar internasional. Tercapainya industri yang efisien secara teknis diharapkan mampu meningkatkan produktivitas sebagai tolok ukur keberhasilan. Indonesia juga termasuk ke dalam salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam mengembangkan kemampuan inovasi dalam mengejar ketertinggalan dari negara maju, bahkan Indonesia masuk ke dalam salah satu jajaran inovator teratas di antara negara-negara berkembang pada tahun 2017-2018. Namun untuk kesiapan dalam peningkatan teknologi, Indonesia masih tertinggal jauh di belakang, selain itu teknologi di Indonesia masih belum menyebar secara merata dalam masyarakat.
Pada tahun 2018 Presiden RI telah meluncurkan “Making Indonesia 4.0”. Melalui Making Indonesia 4.0 diharapkan Indonesia akan menjadi top 10 ekonomi global dengan net ekspor mencapai 10% PDB, meningkatkan produktivitas industri hingga 2 kali lipat, dan membangun kemampuan inovasi lokal dengan meningkatkan alokasi pembiayan R&D mencapai 2% PDB. Untuk mencapai aspirasi tersebut, telah ditetapkan 10 (sepuluh) prioritas nasional dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0, antara lain : 1) Perbaikan alur aliran barang dan material, 2) Desain ulang zona industri, 3) Akomodasi standar-standar keberlanjutan (sustainability), 4) Pemberdayaan IKM, 5) Membangun infrastruktur digital nasional, 6) Menarik minat investasi asing, 7) Peningkatan kualitas SDM, 8) Pembangunan ekosistem inovasi, 9) Insentif untuk investasi teknologi, dan 10) Harmonisasi aturan dan kebijakan.
Untuk mengakselerasi implementasi Making Indonesia 4.0 Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasi dan memilih 5 (lima) sektor Making Indonesia 4.0 berdasarkan dampak yang akan dihasilkan dan kemudahan implementasinya. Kelima sektor tersebut adalah Industri Makanan dan Minuman, Tekstil dan Pakaian Jadi, Otomotif, Kimia, dan Elektronik yang kelimanya memberikan kontribusi mencapai 70% terhadap PDB Industri, 65% ekspor industri, dan 60% tenaga kerja sektor industri manufaktur. Dengan adanya pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020 ini, Kementerian Perindustrian juga menambahkan fokus akselerasi pada sektor industri farmasi dan alat Kesehatan. Kajian yang dilakukan oleh Mc. Kinsey pada tahun 2019 menunjukkan bahwa implementasi industri 4.0 memberikan peluang yang siginifikan berupa peningkatan PDB sampai dengan 120 Miliar Dolar USD pada tahun 2025, peningkatan produktivitas mencapai 40%-70% pada tahun 2025 serta penciptaan lebih kurang 20 juta pekerjaan baru pada tahun 2030. Namun demikian, implementasi industri 4.0 di Indonesia masih memiliki beberapa tantangan yaitu masih rendahnya tingkat adopsi industri 4.0, hanya 21% dari total industri, dan sebanyak 79% diantaranya masih terjebak dalam tahapan uji coba (pilot) tanpa melakukan scale up. Selain itu, untuk mendorong terwujudnya implementasi industri 4.0 terdapat pula tantangan re-skilling dan up-skilling tenaga kerja mencapai 6 hingga 29 juta pekerjaan pada tahun 2030. Tantangan ini tentunya perlu disikapi dengan menyiapkan infrastruktur inovasi dan kompetensi serta SDM yang unggul untuk mengakselerasi transformasi industri 4.0 di Indonesia
Apa itu Corporate University?
Dunia menghadapi inovasi digital dan tantangan globalisasi, oleh karena itu, SDM dalam organisasi harus meningkatkan keterampilan dan kompetensi mereka untuk beradaptasi dengan perkembangan saat ini. Selain itu, karena meningkatnya ketergantungan pada SDM dengan keahlian tertentu, organisasi memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, perencanaan strategi yang akan berkontribusi pada keunggulan kompetitif (Ilyas, 2017). Keunggulan kompetitif di masa lalu ditentukan oleh aset fisik/mesin dan modal, tetapi saat ini berganti menjadi aset SDM. SDM merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara. Namun dari sudut pandang yang lain meningkatnya tenaga kerja justru sering kali menjadi persoalan ekonomi yang sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah link and match antara dunia pendidikan dan industri belum optimal sehingga tenaga kerja tidak terserap secara optimal. Saat ini terdapat beberapa tantangan SDM industri (Kolo et al., 2013) di era globalisasi dan inovasi digital, antara lain:
Pemerintah perlu berperan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Peningkatan produktivitas dan daya saing industri dapat diukur berdasarkan kompetensi/skill. Perlu dilakukan strategi prioritas untuk menghasilkan SDM industri sesuai kebutuhan industri. Terobosan pemanfaatan teknologi dan inovasi dapat menumbuhkan terbentuknya ekosistem inovasi. Pengetahuan dan pembelajaran yang diperbarui bagi individu dan organisasi diperlukan pada era inovasi digital saat ini. Clinton, Merritt, & Murray, (2009) menyarankan bahwa sebuah organisasi harus memberi para pekerjanya kemampuan untuk mengubah keterampilan dan pengetahuan mereka secara terus-menerus dan melatih diri mereka dengan keterampilan di luar pelatihan di tempat kerja. Program yang efektif untuk melakukan ini adalah “Corporate University (CorpU)”. CorpU adalah entitas pendidikan yang merupakan alat strategis dan dirancang untuk membantu organisasi induk dalam mencapai misinya dengan melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan atau meningkatkan pembelajaran, pengetahuan, dan kebijaksanaan baik individu maupun organisasi (Allen, 2002).CorpU menawarkan kepada SDM kesempatan untuk menambah value pengetahuan dan keterampilan, dan selanjutnya SDM harus memberikan output untuk organisasi melalui inovasi, efisiensi, dan produktivitas. CorpU selain berguna untuk mengembangkan karier SDM juga bertujuan untuk mengembangkan bisnis. CorpU dapat menambah nilai bagi bisnis dalam hal pendapatan dan laba, peningkatan retensi pelanggan, produktivitas karyawan, pengurangan biaya, dan retensi karyawan berbakat (Ilyas, 2017). CorpU merupakan “pabrik” yang melakukan rangkaian proses pemerolehan, pembentukan, penyimpanan, penyebarluasan, dan penerapan pengetahuan organisasi kepada seluruh SDM. CorpU merupakan fasilitas dan strategi organisasi untuk menjadikan semua SDM belajar terus menerus (knowledged worker) dan saling berbagi pengetahuan secara berkesinambungan. CorpU memberikan kesempatan seluruh komponen organisasi untuk terlibat serta terkoneksi dalam ekosistem pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas (Khamdan, 2020).
Anggaran Corporate University
Dengan semua kelebihan yang dimiliki oleh Corpu, berapa alokasi anggaran yang harus disiapkan untuk mempersiapkan Corpu? Sebagai contoh PT Bank Negara Indonesia (BNI) mengalokasikan dana Rp 400 miliar untuk lembaga pengembangan kompetensi pegawainya, yakni BNI Corporate University. Jumlah itu sekitar 5 persen dari total anggaran Sumber Daya Manusia atau Human Capital (HC) Cost perseroan pada 2019. Sekitar 26 persen dari Rp 400 miliar itu akan dianggarkan bagi salah satu program pembelajaran, yakni BNI Learning Wallet (BLW). Kementerian Perindustrian sendiri melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) telah mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 1009 Tahun 2021 tentang Pengembangan Vokasi Industri Bertaraf Global Menuju Corporate University BPSDMI Kementerian Perindustrian. Dengan adanya kepmen ini maka BPSDMI bertanggung jawab untuk melaksanakan Corporate University dalam rangka penyiapan SDM Industri yang kompeten dan bertaraf global. Sehingga seluruh anggaran yang ada di BPSDMI secara otomatis menjadi alokasi anggaran yang disiapkan Kementerian Perindustrian untuk mempersiapkan Corpu. Adapun anggaran BPSDMI pada Tahun Anggaran 2022 adalah sebesar Rp. 982 Milliar. Jumlah itu sekitar 34% dari total anggaran Kementerian Perindustrian sebesar Rp. 2,8 Triliun. Dengan alokasi anggaran yang sedemikian besar itu diharapkan agar Corporate University Kementerian Perindustrian dapat menghasilkan SDM Industri yang berkualitas dan kompeten baik dari Aparatur maupun Tenaga Kerja Industri.
Baca Selanjutnya
BPSDMI dan SwissCham Teken Kerja Sama
01 December 21
SwissCham Indonesia resmi menandatangani Letter of Intent dengan Skills for Competitiveness (S4C) Project dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) pada Kamis (25/11), sekaligus memfasilitasi Penandatanganan MoU antara SwissContact dan 5 (lima) Politeknik Indonesia untuk menghadirkan pengalaman dan pengetahuan untuk pendidikan kejuruan.
Setelah penandatanganan LoI, 5 (lima) perusahaan anggota SwissCham, Buehler, En-dress+Hauser, Givaudan, Indesso Primata dan Sicpa Peruri Securink bergandengan tangan untuk menandatangani MoU dengan tiga Institut Politeknik Nasional Indonesia, Politeknik Negeri Jember, Politeknik Industri dan Logam Morowali dan Akademi Komunitas Bantaeng.
Head of Human Capital Sectoral Group dan Vice Chairman SwissCham Indonesia, Henry Chia mengatakan, “Pemerintah Swiss dan perusahaan anggota SwissCham Indonesia sangat antusias untuk terlibat dan membantu upaya Pemerintah memperkuat Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan (TVET). Kami berharap Swiss dapat terus mendukung agenda nasional Indonesia dalam memperkuat pengembangan sumber daya manusia untuk membantu Indonesia mencapai potensi ekonominya secara penuh.”
Momentum ini merupakan bagian dari MoU Proyek S4C sebelumnya yang ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Swiss pada 26 Januari 2018 di Davos, yang menandai komitmen Pemerintah Swiss untuk memberikan bantuan teknis senilai Rp 110 miliar dari 2018 hingga 2026.
Dengan sejarah dan pengalaman jangka panjang mereka dalam pendidikan kejuruan ganda, perusahaan Swiss berkomitmen untuk terus memperkuat sistem pendidikan kejuruan Indonesia.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Kementerian Perindustrian, Arus Gunawan dalam sambutannya mengatakan, untuk mengembangkan sumber daya manusia bangsa, Indonesia memerlukan reformasi besar pada lembaga pendidikan dan vokasinya.
“Peningkatan kualitas dan relevansi lulusan SMK untuk memenuhi kebutuhan sektor swasta baik dari tingkat SMK dan Politeknik akan menjadi faktor keberhasilan penting dalam meningkatkan daya saing global, mengurangi ketidaksesuaian keterampilan dan pengangguran kaum muda serta berkontribusi pada perekonomian Indonesia yang kompetitif,” tambahnya.
Swiss dikenal dengan sistem pendidikan kejuruannya yang kuat yang berangkat dari tradisi keunggulan operasional, maka bekerja sama dengan sektor swasta untuk berkontribusi dalam pengembangan tenaga kerja yang kompeten telah menjadi salah satu kualitas utama yang berkontribusi pada ekonomi Swiss.
Hingga saat ini, Swiss mempertahankan sistem Pelatihan Pendidikan Kejuruan (VET) ganda yang digerakkan oleh industri yang kuat.
“Kami belajar dari yang terbaik dan kami menghargai Swiss kembali dan membagikan keahliannya kepada kami,” lanjutnya.
Program Skills for Competitiveness (S4C) merupakan Kemitraan Pemerintah Swasta (PPP) Swiss-Indonesia dengan Pemerintah Indonesia yang mendirikan 5 (lima) politeknik di bawah bantuan teknis Pemerintah Swiss.
Program ini dibangun dengan memperkuat 5 Politeknik terpilih dalam hal Komponen Pengembangan Sekolah yang beroperasi di 3 (tiga) sektor ekonomi yang berbeda (logam, furnitur, kayu, pengolahan makanan) dan Komponen Pengembangan Sistem secara keseluruhan.
Fokus program ini adalah pembentukan sistem dan proses manajemen yang sangat baik dan pengembangan pendekatan pelatihan yang berorientasi pada sistem VET ganda, termasuk penguatan kapasitas manajemen sekolah dengan fokus pada hubungan industrial, mendukung pengembangan pengajaran 'pabrik' di Politeknik, pengembangan pendekatan pengajaran pada pelatihan ganda dan peningkatan dan penguatan kapasitas mengajar.
Sebagai hasil dari program tersebut, Politeknik Morowali, Politeknik Kendal, dan Akademi Komunitas Bantaeng mendapat akreditasi “baik” dari Badan Akreditasi Nasional, sedangkan Bakery Teaching Factory Politeknik Jember mendapat akreditasi B dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Selain itu, 14 dosen industri Politeknik Kendal telah diusulkan untuk sertifikasi Recognition of Prior Learning (RPL) dan dipilih enam mahasiswa IT Politeknik Jember untuk mengikuti magang selama 12 bulan di Indomarco group Jakarta.
Sejak tahun 1970-an, Swiss telah bekerja sama dengan Indonesia dalam meningkatkan keterampilan tenaga kerjanya. Hal ini telah menghasilkan pengakuan positif oleh mitra Pemerintah dan masyarakat.
Beberapa lembaga kunci yang didukung termasuk National Hotel Institute (NHI Bandung) yang sekarang dikenal sebagai STP Bandung, Politeknik Mekanik Swiss (PMS Bandung), yang sekarang dikenal sebagai POLMAN Bandung; Pusat Pengembangan Politeknik (PEDC di Bandung); Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan (VEDC Malang) dan Pusat Pelatihan Guru untuk Pengetahuan Mata Pelajaran (SMK); serta Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo, yang sebagian didukung oleh Pemerintah Swiss.
Sementara itu, ada berbagai peluang kolaborasi yang bisa dijajaki dari perspektif sektor swasta yang termasuk membangun atau memperluas program pelatihan keterampilan internal perusahaan, bermitra dengan lembaga pelatihan (Politeknik dan/atau SMK), bersama dengan program Link and Match untuk melakukan program pelatihan serupa. Salah satu program unggulannya adalah memberikan kesempatan pelatihan kerja bagi guru/instruktur dan siswa untuk mendapatkan pengalaman wawasan praktik serta menugaskan para profesional dari perusahaan untuk menjadi dosen tamu sambil terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.
Tahun 2021 jelas menjadi waktu yang menyenangkan bagi Swiss dan Indonesia. Baru-baru ini merayakan ulang tahun ke-70 hubungan diplomatik, kedua negara memperkuat hubungan mereka sebagai mitra untuk pertumbuhan, ditandai dengan diplomasi yang lebih kuat, awal yang telah lama ditunggu-tunggu dari Perjanjian Ekonomi Komprehensif EFTA-Indonesia dan perdagangan bilateral yang lebih tinggi dari sebelumnya.
“SwissCham dan perusahaan anggotanya berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusianya dan mencapai keunggulan operasional di industri. Dengan lebih banyak engagement, kita bisa membawa pengalaman dan pengetahuan pada pendidikan vokasi dan memperkuat daya saing perekonomian Indonesia,” tutup Henry.
Referensi :
https://eduwara.com/read/kamar-dagang-swiss-indonesia-gabung-konsorsium-penguatan-pendidikan-vokasi
Baca Selanjutnya
Empowerment Pegawai Sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Kerja Pegawai
12 July 21
Oleh : Tedy Hermawan *)
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi merupakan kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama. Secara umum, organisasi dapat dibedakan ke dalam organisasi profit seperti organisasi perusahaan-perusahaan swasta dan organisasi non profit seperti organisasi pemerintah. Kementerian Perindustrian merupakan sebuah organisasi publik yang dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat/pelayanan publik. Tujuan utama dari organisasi ini adalah untuk memberikan layanan dan bukan untuk mencari keuntungan karena organisasi ini merupakan bagian/elemen dari komitmen sebuah negara untuk memberikan layanan kepada warganya.
Sejak Tahun 2016, Kementerian Perindustrian telah mencanangkan nilai dan budaya Kemenperin yaitu Integritas, Profesional, Inovatif, Produktif, dan Kompetitif yang di akronimkan menjadi INSAN OKE. Pada prinsipnya, nilai dan budaya ini merupakan standar yang harusnya menjadi acuan dan perlu dicapai oleh seluruh pegawai Kemenperin. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya nilai-nilai ini bisa tertanam ke dalam masing-masing individu pegawai sehingga dapat meningkatkan semangat kerja pegawai serta kinerja kementerian secara umum?
Sebagaimana kita ketahui bersama, sumber daya manusia dan nilai organisasi merupakan dua unsur penting dalam sebuah organisasi. Kementerian Perindustrian telah memulai proses rekruitmen pegawai yang menghasilkan pegawai-pegawai yang handal dan baik dari sisi kemampuan akademik. Ini menjadi aset yang sangat berharga bagi organisasi. Namun demikian, sebenarnya terdapat permasalahan terkait proses identifikasi kebutuhan pegawai baik terutama dari kesesuaian baik dari sisi jurusan (latar belakang pendidikan) dan level jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan yang akan diserahkan kepada calon pegawai. Dampaknya seringkali ditemui di berbagai satuan kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, banyak pegawai yang telah diterima yang merupakan orang-orang pilihan dengan berbagai macam keahlian yang dimiliki, tidak termanfaatkan dengan baik disiplin ilmunya. Banyak dari mereka terpaksa ditugaskan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan administratif alih-alih mengerjakan pekerjaan yang teknis substanstif. Padahal seharusnya dengan latar belakang dan jenjang pendidikan yang dimiliki, mereka bisa diberdayakan pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih strategis. Justifikasi yang seringkali terlontar adalah karena alasan klise “tidak ada orang” lagi. Kondisi ini, selain “merugikan” organisasi juga dapat menimbulkan ketidakpuasan dari pegawai dan pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya semangat dan kepuasan kerja pegawai tersebut dalam menjalankan pekerjaan.
Osborn (1982:40) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “derajat positif atau negatif perasaan seseorang mengenai segi tugas-tugas pekerjaannya, tantanan kerja serta hubungan antar sesama pekerja”. Lebih jauh lagi untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Herzberg, dkk (1959) melakukan penelitian terhadap 200 orang insinyur dan akuntan Pittsburg. Kepada mereka diminta untuk mengambarkan secara detail bilamana mereka merasa puas dan tidak puas dengan pekerjaannya. Dari analisa yang dilakukan terhadap data yang terkumpul, Herzberg dkk, menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja.
Perbaikan terhadap faktor-faktor yang dapat mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tidak akan otomatis menimbulkan kepuasan kerja karena ini bukan sumber kepuasan kerja. Teori ini yang kemudian dikenal dengan teori dua faktor, yaitu dalam pekerjaan terdapat hygiene factor yang dapat mencegah atau membatasi ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat memperbaiki kepuasan kerja, serta motivator factor yang dapat memperbaiki kepuasan kerja, tetapi tidak dapat menyelesaikan ketidakpuasan kerja. Yang termasuk ke dalam Hygiene factor antara lain: gaji, tunjangan, hubungan kerja, kondisi fisik lingkungan kerja, keamanan kerja, dll. Sementara yang termasuk ke dalam motivator factor antara lain: reward, pengakuan atas prestasi, peluang untuk tumbuh dan promosi, tanggung jawab atas pekerjaan, tantangan pekerjaan, dll. Empowerment pegawai menjadi salah satu bentuk motivation factor untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai.
Istilah empowerment telah luas digunakan dalam organisasi. Wood dkk (2001), mendefinisikan empowerment sebagai proses dimana pimpinan berusaha membantu bawahan untuk mendapatkan dan menggunakan power yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang mempengaruhi kondisi kerja dan keadaan diri bawahan. Ketika kondisi empowerment terbentuk, motivasi pada individu dengan sendirinya ikut berkembang. Motivasi itu sendiri, tidak hanya dapat membangkitkan produktivitas, tapi juga mempengaruhi kemampuan dan menciptakan kondisi kerja yang kondusif (Spector, 2003). Namun empowerment disini lebih menekankan pada pemberdayaan pegawai sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk kemajuan organisasi.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak pegawai yang merupakan orang-orang pilihan dari hasil rekruitmen yang ketat dengan berbagai macam keahlian yang dimiliki “tidak termanfaatkan” dengan baik disiplin ilmunya karena terpaksa harus mengerjakan pekerjaan yang sifatnya administratif. Pegawai memang telah mendapatkan imbal hasil yang cukup dari gaji dan tunjangan kinerja serta penghasilan tambahan dari berbagai kegiatan yang ada. Jika kondisi ini dihubungkan dengan teori dua faktor dari Herzberg, maka hygiene factor di Kemenperin sepertinya tidak terlalu bermasalah bagi kepuasan kerja pegawai saat ini. Permasalahan justru terdapat pada motivator factor yaitu terkait dengan: pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (recognition), tanggung jawab (responsible).
Pegawai yang “tidak termanfaatkan” tersebut akan sedikit terganggu “kepuasan kerja”nya akibat dari tugas-tugas yang dikerjakan saat ini tidak sesuai dengan kompetensi dan ekspektasi mereka. Pekerjaan rutinitas administratif dirasa kurang menantang dan justru membuat pegawai menjadi stagnan atau tidak berkembang. Lama kelamaan hal ini akan menyebabkan penurunan kepuasan kerja pegawai.
Solusi yang dapat diambil adalah dengan melakukan perbaikan pada faktor ini dengan memberikan kepercayaan lebih dan porsi pekerjaan yang lebih menantang kepada pegawai sesuai dengan kompetensinya. Dengan meminjam teori dua faktor dari Herzberg maka pimpinan di semua level harus mulai fokus untuk menjamin faktor motivator yang dapat mendorong peningkatan kepuasan kerja pegawai. Pimpinan harus dapat memastikan setiap pegawai diberikan tugas pekerjaan yang menantang sesuai keahliannya sehingga bisa lebih bermanfaat bagi organisasi, sehingga pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras dan lebih baik lagi. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai Integritas, Profesional, Inovatif, Produktif, dan Kompetitif (INSAN OKE) bisa dilaksanakan oleh seluruh pegawai sesuai dengan peran dan beban tanggung jawabnya masing-masing.
*) Penulis merupakan Widyaiswara Muda pada Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan SDM Aparatur BPSDMI Kementerian Perindustrian
Baca Selanjutnya
Penyediaan SDM Industri, Kemenperin Genjot Pengembangan Vokasi
04 June 21
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi industri pengolahan nonmigas akan mengalami pertumbuhan sebesar 3,95 persen pada tahun 2021.
Dilansir dari rilis resmi Kemenperin, pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas bakal terus berlanjut seiring dengan peningkatan ekspor dan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat sejak Oktober 2020.
Selain itu, perkembangan teknologi yang kian pesat pun menjadi tantangan tersendiri bagi industri nasional agar tetap dapat bersaing secara global. Karenanya, dibutuhkan SDM kompeten dalam jumlah banyak yang dapat menyokong pertumbuhan industri nasional sekaligus dapat beradaptasi dengan teknologi masa kini.
Untuk menjawab kebutuhan industri nasional tersebut, Kemenperin menyelenggarakan program pengembangan pendidikan vokasi dengan lulusan yang dapat menjadi tenaga kerja siap pakai di industri.
Program ini dilaksanakan melalui unit-unit pendidikan vokasi Kemenperin yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terdiri dari 9 SMK-SMAK/SMTI dan 12 Politeknik/Akademi Komunitas sebagai berikut:
Pengembangan pendidikan vokasi juga didukung oleh program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan industri nasional, salah satu program unggulannya yaitu Link and Match. Program Link and Match merupakan pelaksanaan pendidikan dengan menyusun kurikulum dan program pembelajaran berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri.
Apa itu Program Link and Match?
Kemenperin menggandeng industri untuk terlibat dalam program Link and Match ini khususnya dalam proses penyusunan kurikulum, rekrutmen, dan implementasi pendidikan sistem ganda (dual system).
Sistem pendidikan ganda ini merupakan penyelenggaraan pendidikan dengan menerapkan penggabungan sistem pembelajaran di kelas dan di industri secara langsung. Sejak tahun 2017 hingga saat ini, Kemenperin telah menandatangani 4.997 MoU dan me-link and match kan 2.615 SMK dengan 856 Industri.
Sebagai pendukung program Link and Match, Kemenperin menyediakan gedung Teaching Factory yang dilengkapi dengan berbagai mesin peralatan pada unit pendidikannya.
Teaching Factory merupakan model pembelajaran berbasis produk (barang/jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri sehingga siswa dan mahasiswa mendapatkan pengalaman kegiatan produksi sebelum mereka lulus dan terjun langsung bekerja di industri.
Melalui penerapan model pembelajaran Teaching Factory, unit pendidikan di Kemenperin telah mampu menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti:
Tidak hanya itu, SMK-SMTI Yogyakarta juga telah dipercaya untuk terlibat dalam kegiatan produksi alat pendeteksi Covid-19 bernama GeNose C19.
Kegiatan perakitan GeNose C19 ini merupakan hasil kolaborasi SMK-SMTI Yogyakarta dengan PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri dan unit usaha Universitas Gadjah Mada (UGM), yakni PT. Swayasa Prakarsa dengan melibatkan 30 tenaga operator yang merupakan siswa-siswi SMK-SMTI Yogyakarta dan dilakukan di gedung Teaching Factory SMK-SMTI Yogyakarta.
Pada penyelenggaraan pendidikan vokasi, para siswa dan mahasiswa juga difasilitasi dengan program magang dan praktik kerja industri sehingga mereka dibekali dengan pengalaman bekerja langsung di industri sebelum mereka lulus.
Pelatihan 3 in 1
Link and Match juga didukung oleh program Pelatihan 3 in 1 yang terdiri dari kegiatan pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja. Dalam program ini, para siswa dan mahasiswa dididik dan dilatih sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri, kemudian diuji kompetensinya dan setelah lulus uji kompetensi, mereka diberikan sertifikat yang membuktikan bahwa mereka kompeten dalam bidangnya masing-masing. Setelah itu, mereka ditempatkan bekerja di industri yang membutuhkan kemampuan atau keahlian mereka.
Di tahun 2019, Kemenperin telah menargetkan jumlah peserta Pelatihan 3 in 1 sebanyak 69.040 peserta. pada Desember 2019, peserta Pelatihan 3 in 1 mencapai 69.836 peserta dari 232 daerah sehingga target Kemenperin telah terlampaui.
Di tahun 2020, peserta Pelatihan 3 in 1 yang telah mengikuti pelatihan dan telah ditempatkan bekerja di industri mencapai 18.919 orang. Sementara itu, Kemenperin telah menetapkan target tahun 2021 untuk Pelatihan 3 in 1 sebanyak 55.878 peserta.
Selain siswa dan mahasiswa, tenaga pendidik unit pendidikan vokasi Kemenperin juga difasilitasi dengan pelatihan guru dan dosen serta kegiatan pemagangan yang pesertanya telah mencapai 4.022 peserta.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan kompetensi tenaga pendidik sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi yang kini semakin pesat. Dengan begitu, ilmu yang mereka dapatkan juga akan tersalurkan kepada siswa dan mahasiswa yang mereka didik.
Program D1
Untuk menyediakan SDM Industri kompeten, adaptif, serta siap kerja di industri melalui pendidikan berbasis dual system, Kemenperin juga gencar dalam mendirikan program Diploma 1 (D1) di mana mahasiswa dapat menyelesaikan program tersebut dalam satu tahun.
Baik siswa lulusan SMA/SMK/sederajat, calon karyawan mitra industri, maupun calon karyawan dari perusahaan lainnya (non mitra industri) dapat mengikuti program ini. Adapun jumlah mahasiswa 20 hingga 30 orang per kelasnya.
Untuk dapat lulus dan mendapatkan gelar, mahasiswa harus mengambil minimal 36 SKS dan maksimal 40 SKS dengan komposisi jumlah jam teori 25-30% dan jam praktik 70-75%.
Kurikulumnya sendiri dikembangkan oleh unit pendidikan penyelenggara dan mitra industri dengan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Program D1 ini telah tersebar di berbagai unit pendidikan Kemenperin, di antaranya di Politeknik AKA Bogor, APP Jakarta, ATK Yogyakarta, STTT Bandung, ATI Padang, dan ATI Makassar. Ke depannya, program D1 tersebut akan semakin banyak tersedia mengikuti perkembangan dan kebutuhan industri.
Unit Pendidikan di Wilayah Industri
Dalam membangun unit pendidikannya, Kemenperin memperhitungkan lokasi yang dipilih, yaitu dengan memperhatikan lokasi wilayah industri. Unit pendidikan yang mempunyai bidang spesialisasi tertentu dibangun di lokasi wilayah industri dengan spesialisasi dan bidang yang sama.
Sebagai contoh, Politeknik Industri Logam Morowali dibangun di lokasi wilayah industri bidang hasil pertambangan logam, khususnya Nikel, yaitu di Pulau Sulawesi. Kemenperin juga membangun Politeknik STTT Bandung dan Akademi Komunitas Tekstil Surakarta di lokasi wilayah industri bidang tekstil, yaitu di Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencetak SDM industri yang kompeten di lokasi strategis tersebut. Siswa dan mahasiswa akan lebih mudah dalam melakukan magang atau praktik kerja industri karena lokasi yang terjangkau. Kehadiran unit pendidikan juga dapat memudahkan masyarakat lokal yang ingin bekerja di daerah kelahirannya sehabis lulus.
Untuk rencana ke depannya, Kemenperin akan membangun beberapa unit pendidikan di wilayah industri, salah satunya adalah Politeknik Industri Petrokimia yang terletak di lokasi wilayah industri petrokimia daerah Cilegon, Banten.
Kehadiran unit pendidikan Kemenperin lewat program unggulan seperti Link and Match dapat menjadi jawaban dari tantangan SDM industri yang dihadapi saat ini.
Dengan dukungan dari stakeholder dan masyarakat luas, program tersebut dapat semakin berkembang dan memberikan lebih banyak manfaat, salah satunya menurunkan angka pengangguran.
Kini, masyarakat juga dapat terlibat dalam meningkatkan kualitas SDM industri, misalnya dengan merekomendasikan sekolah dan politeknik Kemenperin bagi mereka yang membutuhkan karena siswa/mahasiswa dapat langsung bekerja setelah lulus.
Bagi masyarakat yang ingin mendaftar sebagai siswa atau mahasiswa pada unit pendidikan Kemenperin dapat melakukan pendaftaran melalui JARVIS (Jalur Penerimaan Vokasi Industri).
Seluruh proses pendaftaran dan seleksi penerimaannya dilakukan secara daring/online sehingga memudahkan masyarakat untuk mendaftar dan mempercepat seluruh prosesnya.
Pelaku usaha industri juga dapat mendukung program pengembangan pendidikan vokasi dengan cara menjalin kerja sama dengan unit pendidikan Kemenperin. Kerja sama yang dilakukan dapat berupa fasilitasi mesin peralatan, pelaksanaan pelatihan, pemagangan, dan lainnya.
Kemenperin juga sudah menyiapkan fasilitas berupa pengurangan pajak hingga 200%, yaitu Super Tax Deduction beserta Coaching Clinic-nya yang dapat dimanfaatkan oleh industri untuk keberlangsungan usahanya.
Artikel ini telah dimuat di viva.co.id
Baca Selanjutnya
Bimbingan Teknis Analis Kebijakan di Lingkungan Kemenperin
10 May 21
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian melalui Pusdiklat Industri secara resmi telah melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimbingan Teknis) untuk para pejabat fungsional Analis Kebijakan. Bimbingan Teknis ini diselenggarakan untuk memberikan pengetahuan bagi fungsional analis kebijakan peralihan Pejabat Struktural eselon 3 dan 4 di lingkungan Kementerian Perindustrian. Bimbingan Teknis ini terselenggara atas kerjasama antara Pusdiklat Industri dengan Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Bimbingan Teknis yang terselenggara pada tanggal 17 sampai dengan 19 Februari 2021 tersebut dibuka oleh Kepala BPSDMI, Bapak Ir. Arus Gunawan dan dihadiri oleh Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara (LAN) Bapak Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., M.A. Bimbingan Teknis ini diikuti oleh 207 orang peserta dengan rincian 2 orang Analis Kebijakan Ahli Utama, 58 orang Analis Kebijakan Ahli Madya dan 142 orang Analis Kebijakan Ahli Muda, serta 5 orang struktural. Peserta Bimbingan Teknis ini berasal dari beberapa unit kerja Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Direktorat Jenderal Industri Agro, Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, dan Sekretariat Jendral.
Materi Bimbingan Teknis Analis Kebijakan meliputi:
Para pengajar Bimbingan Teknis Analis Kebijakan berasal dari Lembaga Administrasi Negara (LAN). Melihat kondisi penyebaran Covid-19 yang masih cukup tinggi sehingga metode Bimbingan Teknis dilakukan secara distance learning (daring) dengan memanfaatkan aplikasi Zoom untuk ruang meeting online. Bimbingan Teknis ini juga menggunakan Learning Management System http://pusdiklat.kemenperin.go.id/ untuk absensi dan pengumpulan tugas. Peserta Bimbingan Teknis ditugaskan untuk membuat penulisan karya tulis kedinasan berupa Telaahan Staf yang dinilai oleh fasilitator dari LAN. Peserta mendapatkan Sertifikat dari Pusbindiklat SDM Aparatur setelah mengikuti Bimbingan Teknis ini.
Baca Selanjutnya
Bimbingan Teknis Perencana di Lingkungan Kemenperin
10 May 21
Bimbingan Teknis Perencana diselenggarakan bagi para Pejabat Fungsional Perencana untuk memberikan wawasan dan pengetahuan terkait tugas pokok dan fungsi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Bimbingan Teknis Perencana dilaksanakan pada tanggal 15-17 Maret 2021 secara daring yang dibuka oleh Kepala BPSDMI Bapak. Ir. Arus Gunawan, Bimbingan teknis ini juga dihadiri Kepala Pusbindiklatren Kementerian PPN/Bappenas Bapak Dr. Guspika, MBA dan Kepala Pusbindiklat SDM Aparatur BPSDMI Kemenperin Bapak Drs. Dadi Mahardi, MM. Bimbingan Teknis ini terlaksana atas kerja sama antara Pusbindiklat SDM Aparatur BPSDMI dengan Pusbindiklatren Kementerian PPN/Bappenas.
Bimbingan Teknis ini diikuti oleh 85 peserta yang berasal dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Balai Besar, Balai Riset, Direktorat Jenderal Industri Agro, Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Inspektorat Jenderal, dan Sekretariat Jendral. Materi Bimtek Perencana meliputi:
Sehubungan dengan pandemi Covid-19 yang masih berdampak, metode Bimtek dilakukan secara distance learning (daring) dengan memanfaatkan aplikasi Zoom. Bimtek ini juga menggunakan Learning Management System http://pusdiklat.kemenperin.go.id/ untuk absensi dan pengumpulan tugas. Peserta mendapatkan Sertifikat dari Pusbindiklat SDM Aparatur setelah mengikuti Bimtek ini.
Baca Selanjutnya
Kaleidoskop Vokasi Industri 2020 untuk Ciptakan Skills for the Future
07 January 21
Eksistensi industri menjadi salah satu fokus utama di masa pandemi saat ini. Sektor industri tetap menjadi spesial karena merupakan kontributor PDB dan ekspor terbesar, penyumbang pajak terbesar, serta menyerap banyak tenaga kerja. Industri tumbuh positif, meskipun ada beberapa yang suffer.
Sepanjang tahun 2020, BPSDMI Kementerian Perindustrian terus berupaya agar sektor perindustrian beserta sumber daya manusianya tetap bertumbuh di tengah pandemi Covid-19. Upaya tersebut terlihat dari berbagai program dan kebijakan dari BPSDMI, seperti yang telah dibahas dalam Catatan Akhir Tahun Vokasi Industri 2020.
Catatan Akhir Tahun Vokasi Industri 2020 merupakan sebuah acara virtual yang ditayangkan lewat kanal resmi BPSDMI pada Selasa (6/1) lalu. Program kaleidoskop 2020 ini menghadirkan Eko S.A. Cahyanto (Kepala BPSDMI) selaku narasumber, serta Pauline Miranti sebagai pembawa acara.
Acara dimulai dengan membahas bagaimana pentingnya kontribusi perindustrian non-migas dalam perekonomian nasional selama pandemi Covid-19.
"Sektor industri juga berperan besar dalam penerimaan negara, hampir 30 persen penerimaan negara yang berasal dari pajak berasal dari sektor industri. Kontribusinya terhadap ekspor juga besar. Lebih dari itu, (sektor industri) menyerap cukup banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, di masa pandemi ini, kami Kementerian Perindustrian fokus untuk bagaimana bisa menjaga industri ini tetap bisa beroperasi," tutur Kepala BPSDMI Eko S.A. Cahyanto.
Keberlangsungan Industri bergantung pada investasi, teknologi, dan sumber daya manusia sebagai penggeraknya. Untuk memenangkan pasar, teknologi yang up-to-date sangat diperlukan, sehingga dapat terus menarik investor dalam dan luar negeri.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini, BPSDMI memiliki program diantaranya yaitu Pendidikan vokasi dual system, diklat 3 in 1, Politeknik dan Akademi Kompetensi di wilayah industri, Infrastruktur Kompetensi, Link and Match untuk mendorong industri agar dapat bekerja sama dengan sekolah, Pendidikan setara D-1 yang bersinergi dengan industri, dan yang terbaru adalah PIDI 4.0 sebagai road map di Making Indonesia 4.0. Terkait dengan membangun infrastruktur yang ideal, disiapkan ICT (In-Company Trainer) yaitu program yang diadopsi dari dual system. Selain itu, Sekolah Kejuruan, Politeknik, dan Akademi Komunitas didorong agar memiliki akreditasi internasional, seperti SMK-SMAK Bogor.
Skills for the Future, pendidikan vokasi harus bisa memenuhi kebutuhan industri saat ini dengan menyesuaikan kurikulum sehingga nantinya para lulusan mendapat kompetensi yang diperlukan di sektor industri dan memiliki daya saing di kancah global. Penyelarasan kurikulum inilah yang menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam pengembangan SDM industri. Diharapkan kedepannya, pendidikan vokasi bisa menjadi lebih ideal lagi. Kurikulum, teknologi, dan SDM menjadi tantangan yang saat ini dihadapi oleh pendidikan vokasi dalam implementasinya pada industri 4.0. Ada perbedaan prioritas dalam penilaian kualitas dalam dunia pendidikan konvensional dan di lapangan yang harus diselaraskan. Di lingkungan kerja industri, penilaian diawali dengan attitude, skill dan yang terakhir adalah knowledge, sedangkan di dunia pendidikan berlaku sebaliknya.
Tantangan lainnya dalam membangun SDM industri adalah infrastruktur teknologi yang tidak merata, high cost untuk sebagian orang, serta literasi teknologi pengajar dan siswa yang belum sesuai harapan.
Meskipun begitu, institusi pendidikan di bawah naungan BPSDMI juga telah menuai banyak prestasi pada tahun 2020 ini. Tiga Satker mendapat penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terkait Wilayah Birokrasi Bersih & Melayani yaitu SMK-SMAK Padang dan SMK-SMAK Bogor, serta Wilayah Bebas Korupsi yang diberikan kepada Politeknik ATI Padang. Dari hasil pemeringkatan Sekolah Kejuruan, SMK-SMAK Bogor mendapat peringkat 1 dan peringkat 3 yaitu SMK-SMTI Yogyakarta. Sangat membanggakan bahwa SMK-SMTI Yogyakarta menjadi satu-satunya SMK di dunia yang diberikan otorisasi sebagai training center Siemens.
Unit Pendidikan di bawah BPSDMI telah menjadi sekolah terbaik di wilayahnya, menarik minat calon mahasiswa untuk bergabung. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peserta seleksi di Jalur Penerimaan Vokasi Industri (Jarvis).
"Kita tidak boleh berhenti berinovasi. Melalui inovasi, kita akan dapat terus meningkatkan daya saing kita, standar kita, sehingga bisa menjadi yang terdepan," ujarnya.
Penasaran bagaimana selengkapnya acara Catatan Akhir Tahun Vokasi Industri 2020? Segera saksikan di sini.
Baca Selanjutnya
Pemanggilan Peserta Pelatiha AOTS Jakarta Batch 1
25 January 20
Terkait penawaran pelatihan AOTS berikut daftar nama peserta terlampir untuk mengikuti program Peningkatan Kompetensi Guru bidang Pemesinan dan Kelistrikan/Elektronika yang dilaksanakan di PT. Panasonic Manufacturing Indonesia, JI. Raya Bogar Km. 29, Pekayon, Kata Jakarta Timur dari tanggal 3 s.d
14 Februari 2019.
Link download surat resmi pemanggilan peserta :
https://drive.google.com/file/d/14_r__VEQrUlP_3PNRNJlsZME-dz640Qy/view?usp=sharing
Baca Selanjutnya
Pendaftaran Workshop 5s bersama AOTS Jepang di Padang, palembang dan Batam
08 January 20
Menindaklanjuti peluncuran program pendidikan vokasi SMK yang link and match dengan industri di wilayah Sumatera dan Sulawesi, bersama ini kami sampaikan bahwa Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan SDM Industri bekerja sama dengan Association for Overseas Technical Cooperation And Sustainable (AOTS) Jepang akan melaksanakan workshop 5S periode ke-2 yang akan diselenggarakan pada:
Waktu | Lokasi | Kuota | Kompetensi |
Februari 2020 (1 hari) | Padang | 30 orang | Guru Produktif |
Februari 2020 (1 hari) | Palembang | 30 orang | Guru Produktif |
Februari 2020 (1 hari) | Batam | 30 orang | Guru Produktif |
Perlu kami sampaikan bahwa untuk workshop di Padang, Palembang dan Batam dilaksanakan selama 1 hari, penyelenggara hanya menanggung biaya paket meeting sedangkan biaya transportasi ditanggung oleh masing-masing SMK.
Untuk pendaftaran calon peserta dapat disampaikan melalui website https://public-html.local/Public/ProgramLinkAndMatch/MagangGuru sesuai dengan format terlampir selambat-lambatnya tanggal 20 Januari 2020.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan terima kasih.
Baca Selanjutnya