Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) bersama Prospera menggelar Webinar Hari Perempuan Internasional 2022 bertajuk ‘Mematahkan Bias’ dalam TVET dan STEM (International Women’s Day Webinar 2022: ‘Break the Bias’ in TVET and STEM) yang resmi dibuka oleh Kepala BPSDMI pada Jumat, 11 Maret 2022.
Didukung oleh Pemerintah Australia, acara ini dihadiri oleh seluruh unit pendidikan di Kemenperin beserta perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan Mitra Pembangunan yang meliputi Kedutaan Besar Australia di Jakarta, mewakili Australian Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Staf dan konsultan Prospera, VAPRO Internasional Indonesia, TVET System Reform Program-GIZ, ILO, IBCWE, Skill For Competitiveness Program (S4C), ADB, UNESCO-UNEVOC, ASEAN Secretariat, dan program DFAT lainnya.
Penyelenggaraan webinar ini merupakan salah satu wujud kepedulian Kemenperin pada kesetaraan gender dan upaya untuk mendorong peran perempuan dalam bidang TVET (Technical and Vocational Education and Training) dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
Webinar ini juga adalah sebagai wadah diskusi bagi kementerian, lembaga, organisasi, industri, serta unit pendidikan untuk membangun strategi-strategi peningkatan peran perempuan. Fokus diskusi yang dibahas pada kegiatan ini antara lain Perempuan di SMK dan Politeknik, Perempuan di Dunia Kerja, serta Mitra Industri.
Kepala BPSDMI Arus Gunawan mengatakan bahwa peran kesetaraan gender di Indonesia sangat diperlukan karena berpengaruh terhadap peningkatan PDB nasional.
Sebuah studi dari Mckinsey Global Institute Report (2015) juga menyatakan bahwa terdapat pertumbuhan sebesar 10% pada GDP, dan kesetaraan gender diyakini menjadi salah satu faktor meningkatnya GDP sebesar $135 juta pada 2025.
“BPSDMI menjalin kerja sama dengan mitra baik di dalam dan di luar negeri untuk dapat meningkatkan partisipasi Perempuan dalam bidang STEM,” jelas Arus.
Berdasarkan data BPS Agustus 2021, jumlah pekerja perempuan pada sektor industri mencapai 43,82% dari total pekerja sektor industri yang berjumlah 18,69 juta orang.
Sementara itu, mengacu pada data Kemenperin tahun 2018, perempuan hanya terdiri dari 12% dari semua lulusan jurusan terkait STEM di Indonesia. Jumlah ini lebih rendah dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Hal ini dinilai mempengaruhi partisipasi perempuan dalam sektor terkait STEM yang menjadi terbatas. Sebagai contoh, perempuan hanya mewakili 22% dari Angkatan kerja di perusahaan teknologi.
“Kegiatan webinar ini menjadi salah satu langkah BPSDMI untuk meningkatkan peran perempuan sehingga dapat menempati posisi dan kualifikasi di Hard STEM,” ungkap Arus.
Menurut Direktur Prospera David Nellor, perempuan menyumbang 54% dari angkatan kerja Indonesia sehingga memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa. Penting bagi ekosistem pendidikan dan pelatihan Indonesia, lingkungan kerja, dan industri untuk mendukung dan inklusif terhadap partisipasi dan pemberdayaan perempuan yang lebih besar.
Adapun kebijakan pengurangan ketimpangan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam STEM dikemukakan oleh Direktur Ketenagakerjaan Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto, yakni dengan mengedukasi rumah tangga/keluarga dan masyarakat; memperbaiki mekanisme pembelajaran STEM dengan penyediaan pendidik, materi, dan proses; meningkatkan layanan bimbingan karir, beasiswa afirmasi, dan mentoring responsive gender; mengurangi gender gap; mempermudah perempuan mengakses pasar kerja; serta mendukung kebijakan transformasi ekonomi yang menyediakan lebih banyak lapangan kerja bidang STEM.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Restu Yuni Widayati mengungkapkan bahwa telah banyak tindakan yang dilakukan pemerintah, industri, dan unit pendidikan dalam rangka meningkatkan peran perempuan dalam TVET dan STEM, namun juga ada poin-poin penting dalam diskusi yang sangat bermanfaat untuk dapat diterapkan.
“Ke depan, BPSDMI akan menerapkan poin-poin tindakan ini dan akan terus mendorong peran perempuan di Indonesia dalam TVET dan STEM,” tambah Restu menutup acara.
Sebelumnya, Prospera telah melaksanakan asesmen berbasis gender terhadap unit pendidikan di Kemenperin dengan melakukan analisis awal terhadap data dosen, guru, dan siswa, serta program studi.
Kajian awal tersebut menunjukkan bahwa siswi perempuan mayoritas ada pada soft STEM, dan sedikit yang masuk dalam hard STEM.
BPSDMI Kemenperin juga bekerja sama dengan GIZ Jerman menyelenggarakan Woman Innovation Camp yang fokus pada Internet of Things (IoT) didukung oleh Axioo dan Makeblock yang diikuti oleh para siswi dan tenaga pengajar di unit pendidikan Kemenperin.