Kementerian Perindustrian menargetkan program pelatihan vokasi dapat melatih setidaknya 10% dari jumlah kebutuhan tenaga kerja industri. Untuk mencapai target tersebut, Kemenperin menguatkan kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai stakeholders.
"Saat ini, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian tengah bekerjasama dengan pemerintah Swiss melalui proyek Skills for Competitiveness (S4C)," kata Kepala BPSDMI, Masrokhan.
Kerja sama BPSDMI dengan S4C bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri di Indonesia melalui penyiapan tenaga kerja profesional yang kompeten melalui unit pendidikan vokasi. Dalam hal ini, BPSDMI juga bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Sejauh ini, aktivitas kolaborasi antara BPSDMI dan S4C adalah percepatan implementasi Dual System Industrial Vocational Education (Dual VET) di empat kampus dalam naungan Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu Kendal, Politeknik Industri Petrokimia Banten, dan Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng.
"Empat kampus tersebut merupakan bagian dari 13 kampus Kementerian Perindustrian yang berfokus pada sektor-sektor industri dan telah menerapkan pendidikan vokasi dual system melalui kerja sama dengan setidaknya 1.600 perusahaan yang siap mengakomodasi 5000 lulusan sekolah dan kampus kami setiap tahunnya," ujar Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, Emmy Suryandari, dalam acara Pembukaan Pelatihan Penguatan Manajemen Kelembagaan Institusi Vokasi pada Senin (30/10) di Jakarta.
Dalam Pelatihan yang bertajuk Future Polytechnic: Towards Dual VET 4.0 tersebut, para peserta didorong untuk mencari solusi inovatif dalam manajemen politeknik yang bisa menghadapi tantangan global saat ini dan di masa depan.
Peserta pelatihan bukan hanya dari politeknik Kemenperin, namun juga dari politeknik di naungan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Mari bersama-sama menjalin hubungan yang erat, karena kita harus menghadapi tantangan-tantangan di masa depan agar bisa memanfaatkan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045," lanjut Emmy.
Pelatihan tersebut dimoderatori oleh ITC-ILO (International Training Centre of International Labour Organization) yang memiliki kualifikasi internasional untuk mentransfer pengetahuan terkait Dual VET di berbagai negara.
Naceur Chraiti, pakar internasional dari International Labour Organization (ILO) mengungkapkan dukungannya bagi pengembangan Dual VET di Indonesia. "ILO dan ITC-ILO berkomitmen untuk mendukung stakeholders dalam upaya berkelanjutan untuk menghadapi tantangan pengembangan skills," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Pelatihan Vokasi, Wisnu Wibowo, mengapresiasi pendidikan vokasi yang telah dilaksanakan Kementerian Perindustrian. "Melihat dari sisi demand, pendidikan vokasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan industri. Saya kira pendidikan vokasi Kemenperin sudah selangkah lebih maju. Sudah banyak industri yang bekerjasama sehingga mampu untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang diterima bekerja," katanya.