Berkembangnya sektor industri nasional ini, tidak lepas dari tiga faktor yaitu investasi, teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Keberadaan SDM menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan industri dimana sektor industri merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Kebutuhan akan tenaga kerja industri mencapai kurang lebih 600.000 orang setiap tahunnya.
Guna mendukung industri dalam penyediaan tenaga kerja kompeten, Kementerian Perindustrian telah menyelenggarakan pendidikan tinggi pada beberapa jenjang, mulai dari Diploma sampai dengan Magister Terapan, termasuk program setara Diploma 1 kerjasama industri.
“Pendidikan Setara D1 kerjasama industri dilaksanakan sebagai wujud nyata kerjasama antara pemerintah, institusi pendidikan dengan dunia industri. Melalui program ini diharapkan akan memperkecil competency gap antara dunia industri dengan dunia pendidikan yang akhirnya tercipta SDM industri kompeten tanpa adanya program retraining oleh industri,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Arus Gunawan, dalam acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri dengan PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia, Jakarta Senin (22/8).
BPSDMI telah resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia terkait Program Kerja Sama Pendidikan Vokasi Industri Setara Diploma 1 (D1) yang juga melibatkan salah satu unit pendidikan di bawah naungan Kemenperin, yakni Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng.
“Program Setara D1 Operator Alat Berat akan diselenggarakan selama 1 (satu) tahun di AK-Manufaktur Bantaeng dan lulusannya langsung ditempatkan bekerja dalam rangka meningkatkan daya saing industri,” tambah Arus.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Restu Yuni Widayati mengungkapkan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan D1 ini adalah membekali calon tenaga kerja dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis yang diperlukan untuk bidang pekerjaan tertentu.
“Kegiatan ini diikuti oleh 48 orang sebanyak 2 kelas dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang per kelas yang seluruhnya direkrut langsung oleh industri,” ucap Restu.
Direktur PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia Leonard Hadyanto dan Manager HR & HS PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia A. Adrianti Latippa menyampaikan bahwa program ini merupakan hal yang ditunggu-tunggu karena sangat membantu proses pertumbuhan perusahaannya di Kabupaten Bantaeng.
“Tahun 2021, dua angkatan dengan dua program studi hasil kerja sama kami dengan BPSDMI Kemenperin telah kami serap 100% di perusahaan kami,” kata Adrianti.
Program Pendidikan Setara D1 Kerja Sama Industri ini merupakan bagian dari program Corporate University BPSDMI dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dual system dengan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) learning model berstandar global dan mengembangkan kelas industri.
Pada tahun 2021 lalu, Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 981 mahasiswa untuk mengikuti pendidikan yang tersebar di 21 kabupaten/kota di 11 provinsi.
Arus berharap program ini dapat mengatasi permasalahan SDM industri di Indonesia, yaitu besarnya jumlah pengangguran terbuka, tingkat angkatan kerja yang masih rendah, dan produktivitas tenaga kerja yang masih rendah.
Lebih lanjut, di akhir sambutannya ia menyampaikan apresiasinya atas terjalinnya sinergi dan kerja sama yang baik antara BPSDMI Kemenperin dengan PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia dalam mencetak sumber daya manusia industri yang kompeten dan siap kerja.