Pemerintah serius untuk membangkitkan kembali kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri di tengah gempuran dari berbagai lini, baik dampak dari dalam dan luar negeri. Misalnya pengaruh pelemahan rupiah terhadap dolar AS, pelemahan daya beli masyarakat, dan regulasi yang tidak berpihak pada industri.
“Meskipun industri TPT sedang menghadapi tantangan, bukan berarti kita harus pesimis. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk membantu industri tekstil, seperti merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2022 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Masrokhan pada Penutupan Diklat Operator Sewing di PT Globalindo Intimate, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (4/7).
Kepala BPSDMI menjelaskan, revisi Permendag tersebut bertujuan untuk memperketat ketentuan impor, sehingga dapat melindungi industri TPT nasional dari gempuran produk impor. Ini merupakan keinginan dari para pelaku industri TPT dalam negeri karena kembali menerapkan pertimbangan teknis.
“Pemerintah juga tengah menyiapkan peraturan untuk melindungi dan memacu daya saing industri TPT dalam negeri, yaitu melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP),” tuturnya.
Awal tahun ini industri TPT nasional mampu kembali menunjukkan kinerja yang ekspansif. “Ini berkat kerja keras dari seluruh stakeholder, terutama semangat para pelaku industri. Selain itu juga mematahkan narasi atau pandangan mengenai industri TPT merupakan sektor sunset industry,” tegas Masrokhan.
Pada triwulan I tahun 2024, industri TPT mampu menyumbang sebesar 5,84 persen terhadap PDB sektor manufaktur serta memberikan andil terhadap ekspor nasional sebesar USD11,6 miliar dengan surplus mencapai USD3,2 miliar. Industri TPT juga sebagai sektor padat karya dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 3,98 juta tenaga atau memberikan kontribusi sebesar 19,47 persen terhadap total tenaga kerja di sektor manufaktur pada tahun 2023.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian tetap konsisten untuk terus menjalankan kebijakan strategis dalam upaya pengembangan industri TPT nasional yang berdaya saing global. Apalagi, dalam peta jalan dan kebijakan industri nasional, industri TPT merupakan sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Bahkan, sebagai sektor padat karya, industri TPT terus membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah banyak namun yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan saat ini. Dalam hal ini, Kemenperin melalui satuan kerja di bawah binaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), yakni Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta yang fokus menyelenggarakan Diklat 3in1 untuk memenuhi kebutuhan industri TPT.
“Diklat ini kami dorong untuk bisa menjalin kerja sama dengan industri. Contohnya adalah BDI Jakarta berkolaborasi dengan PT Globalindo Intimates,” ungkap Masrokhan. Melalui diklat ini, diharapkan pula para peserta dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan mampu mengisi peluang kerja di industri TPT. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas dan daya saing industri tersebut.
Perlu diketahui, PT Globalindo Intimates adalah produsen pakaian dalam wanita yang telah menembus pasar ekspor. Perusahaan yang didirikan sejak tahun 2008 ini memiliki luas pabrik sekitar 32.000 m2 dengan total karyawan mencapai 3600 orang.
Pada tahun 2018, PT Globalindo Intimates memulai proses transformasi digital sebagai langkah strategis untuk meningkatkan operasi dan kapasitas produksi dengan melakukan upgrade mesin menggunakan teknologi berbasis 4.0. Transformasi perusahaan berjalan dengan baik, dan pada tahun 2019 ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Kemenperin sebagai proyek Lighthouse Industry.
Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Globalindo Intimates karena telah proaktif terlibat dalam program Diklat 3in1 yang diinisiasi oleh BDI Jakarta. Pada Diklat untuk Operator Sewing angkatan VI, perusahaan ini menerima 50 peserta dari masyarakat sekitar PT Globalindo Intimates.
“Diklat ini merupakan bagian dari komitmen PT Globalindo untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme karyawannya. Dalam diklat ini, peserta mendapatkan pelatihan mengenai berbagai hal, seperti teknik menjahit, pemeriksaan mutu jahitan dan budaya kerja di industri garmen,” ujar Kepala BDI Jakarta, Ali Khomaini.
Kepala BDI Jakarta mengajak kepada seluruh pelaku industri untuk berkomitmen bersama dalam upaya pengembangan SDM industri yang unggul, demi mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. “Menyambut era bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan semakin meningkat, diklat ini menjadi semakin penting. Bonus demografi ini harus dioptimalkan dengan baik, salah satunya dengan menyiapkan SDM yang terampil dan kompeten,” jelasnya.
CEO PT. Globalindo Intimates Teti Yani Hartono menyampaikan, pihaknya berharap dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, industri tekstil di Indonesia dapat kembali bangkit dan berkembang. Perusahaan ini juga berharap dapat terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekspor.
“Kami pun telah melakukan beberapa langkah untuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan, seperti meningkatkan efisiensi produksi, berinovasi, membuka pasar baru dan meningkatkan kualitas SDM,” ujarnya. Meskipun di tengah kondisi yang sulit, PT Globalindo tetap berkomitmen untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produknya. “Kami terus berupaya untuk lebiuh meningkatkan kompetensi karyawannya melalui berbagai program pelatihan seperti Diklat ini,” imbuhnya.