Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat berada di atas 50 poin sepanjang dua tahun terakhir, berdasarkan data yang dirilis S&P Global. Pada Agustus 2023, tingkat pembelian manufaktur berada di level 53,9, meningkat 0,6 poin dari bulan sebelumnya di level 53,3. Hal Ini menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif.
Direktur PIDI 4.0, Arnes Lukman, mengungkapkan peran industri 4.0 yang positif bagi industri manufaktur dalam acara Business & Technology Matching pada Selasa (19/9/2023) di Jakarta, mewakili Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian, Masrokhan. “Saat ini, Industri 4.0 telah membawa angin segar di industri manufaktur dengan teknologi terkini yang menjadi solusi baru dari masalah yang sebelumnya tidak pernah diselesaikan. Making Indonesia 4.0 telah menjadi inisiatif pemerintah untuk mewujudkan Indonesia menjadi 10 negara besar yang memiliki perekonomian terkuat pada 2030,” kata Arnes.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah membangun Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0) untuk mengembangkan penerapan industri 4.0 di Indonesia, yang telah diluncurkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tanggal 2 Desember 2021 dan telah diresmikan Kickoff Program dan kegiatan PIDI 4.0 melalui Grand Launching pada Maret 2023.
PIDI 4.0 telah memiliki 42 mitra yang terdiri technology user, technology provider, institusi pendidikan tinggi dan stakeholder 4.0 lainnya. “PIDI 4.0 memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada mitra yang memiliki inisiatif dan komitmen yang serius terhadap kerja sama di bidang pengembangan SDM industri dan transformasi industri,” lanjut Arnes.
Menyadari pentingnya kemitraan dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, PIDI 4.0 mengadakan Business & Technology Matching yang mengangkat tema “Teknologi Cerdas untuk Ketahanan dan Keberlanjutan Industri di Era Transformasi Digital.”
“Melalui kegiatan Business & Technology Matching ini saya berharap Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, praktisi Industri, entrepreneur dari start up, akademisi terutama dari politeknik di bawah naungan Kemenperin, Swiss German University, dan para stakeholder lainnya dapat melakukan kolaborasi di dalam penelitian dan pengembangan teknologi, terutama yang terkait dengan teknologi Industri 4.0,” ungkap Arnes.
Acara tersebut mendorong knowledge exchange melalui seminar, networking, hingga business and technology matching. Beberapa pihak yang menjadi mitra dalam kegiatan tersebut di antaranya Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Pertamina, Nodeflux, Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII), Starfindo, dan Swiss German University.
“Salah satu tujuan kegiatan business and technology matching ini adalah sebagai sebuah ajang untuk men-showcase riset dan inovasi. Bagaimana kita mendorong hasil-hasil riset dan teknologi yang telah dibuat untuk disampaikan ke industri,” ungkap Kholis Audah, Direktur Riset dan Layanan Komunitas Swiss German University.